CSR/CD Officer Development Program adalah pelatihan komprehensif yang dirancang untuk membekali staf atau manajer dengan kompetensi strategis yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program CSR/CD yang berdampak dan berkelanjutan. Posisi Community Development Officer (CDO) sering disebut sebagai "jembatan" atau "ujung tombak" yang menghubungkan kepentingan bisnis perusahaan dengan kebutuhan nyata masyarakat sekitar.
Keberhasilan program CSR, khususnya dalam konteks penilaian PROPER (terutama untuk predikat Hijau dan Emas), sangat bergantung pada kualitas dan kompetensi CDO yang mampu menciptakan Inovasi Sosial.
1. Peran Kritis CSR/CD Officer
Seorang CDO memiliki posisi dilematis yang unik, berada "in between" perusahaan dan komunitas. Oleh karena itu, perannya jauh melampaui sekadar penyaluran bantuan, mencakup:
-
Fasilitator dan Komunikator: Menjembatani komunikasi dua arah, memastikan perusahaan memahami isu sosial lokal dan masyarakat memahami tujuan program perusahaan.
-
Analisis dan Perencana: Melakukan Pemetaan Sosial (Social Mapping) untuk mengidentifikasi kebutuhan, potensi, dan masalah sosial yang paling relevan.
-
Katalis Perubahan: Mendorong partisipasi, kemandirian, dan pengorganisasian masyarakat agar program yang dijalankan dapat bertahan dan direplikasi.
-
Manajer Program: Bertanggung jawab atas seluruh siklus program (PDCA: Plan, Do, Check, Act), dari perencanaan, implementasi, monitoring, hingga terminasi program.
2. Materi Inti dalam Pengembangan Program
Program pengembangan ini difokuskan pada penguasaan kerangka teoritis dan keterampilan praktis. Beberapa materi kunci yang wajib dikuasai oleh seorang CSR/CD Officer meliputi:
-
Kerangka Dasar CSR dan Pembangunan Berkelanjutan: Pemahaman mendalam tentang Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan (Profit, Planet, People), serta regulasi terkait CSR di Indonesia (misalnya UU PT).
-
Panduan ISO 26000: Memahami Prinsip dan Tujuh Isu Inti Tanggung Jawab Sosial ISO 26000 sebagai standar global dalam pelaksanaan CSR yang relevan dan etis.
-
Manajemen Program Berbasis PROPER: Penguasaan siklus PDCA program CSR, teknik Social Mapping, dan penyusunan Dokumen Hijau PROPER (termasuk Inovasi Sosial).
-
Pengukuran Dampak Sosial (SROI): Keterampilan teknis untuk mengukur efektivitas program secara kuantitatif, termasuk identifikasi outcome, monetisasi dampak, dan kalkulasi rasio Social Return on Investment.
3. Kompetensi Kunci (Hard Skill & Soft Skill)
Seorang CDO yang efektif harus memiliki perpaduan antara keterampilan teknis (hard skill) dan keterampilan sosial (soft skill).
-
Hard Skills:
-
Analisis Sosial dan Data: Kemampuan melakukan riset lapangan, mengumpulkan data, dan menganalisis dinamika masyarakat.
-
Manajemen Proyek: Menguasai perencanaan anggaran, alokasi sumber daya, dan timeline program.
-
Evaluasi dan Pelaporan: Kemampuan melakukan Monitoring dan Evaluasi partisipatif.
-
-
Soft Skills:
-
Komunikasi dan Empati: Mampu berkomunikasi secara efektif dengan berbagai lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan, serta memiliki sensitivitas sosial.
-
Negosiasi dan Resolusi Konflik: Mampu memediasi kepentingan yang berbeda antara perusahaan dan komunitas untuk mencapai konsensus.
-
Pengorganisasian Masyarakat: Keterampilan untuk memobilisasi dan memberdayakan komunitas agar mandiri dan memiliki kepemilikan program.
-